topbella

Senin, 12 September 2011

Memorial Sae Hee *City Hunter Fanfic*

Sae Hee menatap foto suaminya, perlahan-lahan air matanya mulai menetes. Dia teringat janji Yeong Joo siang tadi.
"Tunggu aku, aku akan kembali untuk kesempatan kedua itu," Yeong Joo tersenyum kemudian pergi.
Sae Hee sadar kalau senyuman itu menjadi yang terakhir baginya.
Sae Hee yang masih berbalut pakaian hitampun mencoba untuk terlihat tegar.
Semua orang berduka karena kehilangan seorang jaksa yang sangat baik.
"Dulu aku meninggalkanmu karena kau terlalu sempurna untukku, tapi sekarang, disaat aku ingin berada di sisimu, kau malah pergi." Sae Hee menangis.
-***-
Siang tadi Sae Hee dipukuli oleh beberapa preman yang datang tiba-tiba ke rumahnya, kemudian Yeong Joo datang menolongnya dan membawanya ke rumah sakit.
"Maafkan aku karena melibatkanmu dalam situasi berbahaya," Yeong Joo tahu kalau Sae Hee terluka karena dirinya.
Preman-preman itu menyakiti Sae Hee karena mereka tahu Sae Hee adalah orang terdekat Yeong Joo.
"Aku benar-benar menyesal," Yeong Joo menatap Sae Hee dengan rasa bersalah.
"Aku akan memberimu kesempatan kedua untuk menebus rasa bersalahmu," Sae Hee tersenyum kepada Yeong Joo.
Tiba-tiba Yeong Joo mendapatkan sebuah sms.
Sepertinya ada hal darurat yang mengharuskan Yeong Joo pergi.
Namun Yeong Joo tidak mau meninggalkan istrinya yang terluka karenanya.
"Aku baik-baik saja, lagi pula di rumah sakit aku pasti aman. Jadi pergilah," Sae Hee benar-benar mengerti.
Walaupun berat, Yeong Joo harus meninggalkan istrinya dan melaksanakan tugasnya sebagai seorang jaksa.
"Tunggu aku, aku akan kembali untuk kesempatan kedua itu," Yeong Joo tersenyum kemudian melambaikan tangannya. Sae Hee menatap kepergian Yeong Joo, "Aku akan menunggumu kembali."
-***-
Sae Hee tidak menyangka kalau jaksa yang dicintainya akan pergi.
Disaat mereka akan memulai hidup bersama kembali, tuhan telah mengambil Yeong Joo.
-***-
-Sae Hee POV-
Saat pemakaman berlangsung, seseorang datang.
Dan terjadi kegaduhan.
Rekan kerja Yeong Joo memaki-maki orang itu dan menyalahkannya atas kematian Yeong Joo. Dia adalah Lee Young Sung, orang yang dulu aku tolong.
Aku tahu, selama ini Yeong Joo sedang menangani kasus yang berhubungan dengan Young Sung.
-***-
Malam hari aku kembali ke klinik karena harus membawa sesuatu. Aku membuka pintu dan menyadari kalau jendelanya pecah. Aku memeriksa ruang pemeriksaan, untuk memastikan tidak ada apa-apa. Kemudian aku menyalakan lampu dan ruangan itu terlihat berantakan. Akupun menyadari ada seseorang dibelakangku. Ketika ku berbalik, aku kaget melihat Yoong Sung yang gemetaran dan tangannya berlumuran darah.
"kau berhutang satu hal padaku, bolehkah aku menagihnya sekarang?" kata Yoong Sung.
Memang beberapa hari yang lalu Yoong Sung menolongku dari seorang preman yang marah-marah di klinikku.
Akupun segera menangani lukanya.
Tampak sebuah tembakan di dada sebelah kanannya. Sepertinya dia sudah mengeluarkan pelurunya sendiri.
Akupun segera menjahit lukanya.
"Apakah ini akan meninggalkan bekas luka? Karena jika iya aku akan memberi tahu semua orang kalau kau itu dokter yang payah." kata Yoong Sung.
"Tenang saja, aku pernah menangani luka seperti ini sebelumnya." kataku.
Akupun melihat banyak sekali bekas luka dipunggungnya.
"Luka-luka ini pasti sakit," kataku. Sepertinya dia sudah terbiasa dengan luka seperti itu.
"Kenapa kau tidak bertanya sesuatu?" tanyanya.
"Aku yakin, ada sebuah alasan mengapa orang yang terluka parah malah pergi ke klinik hewan," aku tersenyum ke arahnya.
Aku memasang infus padanya dan kemudian menyalakan TV agar dia tidak bosan.
Namun televisi menyiarkan tentang pemilihan president dan memberitakan salah satu kandidatnya hampir saja diculik dan penculiknya berhasil kabur dengan sebuah luka tembak. Aku tahu ini bukan sesuatu hal yang kebetulan. Namun aku tetap bersikap tenang. Akupun membereskan kaca jendela yang telah pecah dan berserakan. Aku mendengar sicrene dan melihat jalanan penuh dengan polisi.
Akupun segera menutup teralis.
"Sebaiknya malam ini kau beristirahat disini saja." tawarku. Entah mengapa aku merasa dia mirip dengan seseorang yang sangat ku kenal. Aku tidak tega membiarkannya berkeliaran dijalan dengan luka seperti itu.
Telepon Yoong Sung pun berdering, dan dia segera mengangkatknya.
"Maafkan aku," kata Yoong Sung kepada seseorang di telepon.
"Hanya luka kecil, jangan khawatir."
Yoong Sung menutup teleponnya.
"Entah kenapa sekarang aku menjadi karakter penting dalam sebuah film," kataku. Diapun tersenyum.
Akupun mematikan lampu agar dia bisa tidur.
Pagi-pagi sekali aku pergi ke rumah dan kemudian kembali lagi ke klinik.
Aku memeriksa ruangan dan Yoong Sung sudah tidak ada di tempat tidur.
"Yoong Sung, orang seperti apa sebenarnya dirimu," aku kaget karena Yoong Sung tiba-tiba saja ada dibelakangku.
"Aku membawa satu setelan kemeja Yeong Joo, sepertinya kalian seukuran. Kau bisa memakainya untuk ke kantor." kataku.
Yoong Sung terlihat heran saat aku menyebut nama Yeong Joo.
-TBC-

0 komentar:

Posting Komentar